English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tahap Menjaga Hafalan

Perlu diketahui dan diingat tahap muroja’ah ini adalah sangat penting dan paling penting diantara dua tahapan diatas. Karena ternyata bahwa menghafal Al-Qur’an itu belum cukup, akan tetapi harus ditindaklanjuti dengan muroja’ah untuk menjaganya. Bagaimana melakukan muroja’ah yang baik dan benar sesuai qo’idah yang disempurnakan sama seperti menghafal, dalam muroja’ahpun ada yang namanya “tadarruj” ya’ni bertahap pula dalam melakukannya.


Pertama: Muroja’ah sebelum membuat hafalan baru yang perlu kita ulang hafalannya adalah hafalan seperempat juz (5 halaman). Jadi, jangan menambah hafalan baru bila seperempat juz sebelumnya masih lemah hafalannya.

Kedua: Muroja’ah hafalan baru. Setelah paginya kita menghafal, maka berikan waktu khusus buat mengulang hafalan baru kita itu. Seyogjanya adalah ketika  sholat dluha. Semakin sering diulang dalam sholat akan semakin baik. Atau juga sehabis sholat ‘ashar atau terserah kapan saja yang penting minimal kita ulang hafalan baru itu sekali dalam sehari.

Ketiga: Muroja’ah diatas minimal yang harus dilakukan dalam sehari. Sebab ada juga muroja’ah yang terkait  sehubungan banyaknya hafalan kita.

Keempat: Muroja’ah seperempat juz (5 halaman). Muroja’ah ini dilakukan setiap hari, dan dilanjutkan pada keesokan harinya. Shifatnya seperti hafalan baru, harus benar-benar lanyah ketika disetorkan bermusyafahah dengan Syaikh atau Guru. Bentuk seperempat juz-an ini sangat ditekankan dan sangat membantu kita ketika harus menghafal banyak juz. Jadi nanti bila sudah hafal banyak yang cukup diingat adalah urutan ayat-ayat pertama dalam tiap halaman di seperempat juz. Seolah-olah tiap juz dalam Al-Qur’an itu dibagi menjadi 4 (empat) bagian. Sehingga cukup yang seperempat itu dapat digambarkan dalam otak/fikiran.

Kelima: Muroja’ah per-satu juz (10 halaman). Sama seperti muroja’ah seperempat juz dan muroja’ah ini juga lebih baik disetorkan bermusyafahah kepada Syaikh atau Guru, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibaca sendiri. Asalkan dengan catatan lebih baik untuk tidak melirik Al-Qur’an sedikitpun, kecuali hanya untuk melihat benar salahnya, bukan untuk meneruskan bacaan.

Metode-metode diatas tidak muthlaq shifatnya. Namun secara teknis metode-metode diatas sangat membantu dalam proses menghafal Al-Qur’an. Jadi tolak ukur dan gambaran buat semua santri untuk menentukan sendiri metode yang cocok. Selanjutnya, mungkin ada beberapa teori tambahan dibawah ini yang dapat dijadikan perbandingan:

Pertama: Akan lebih cepat dan mudah bila kita menghafal sambil mengetahui artinya. Bisa lewat terjemah Al-Qur’an, atau bahkan dengan tafsirnya sekalian.

Kedua: Setelah tahu artinya perlu diketahui bahwa Al-Qur’an itu berbentuk setengah prosa (cerita) dan setengah puisi (berima). Dengan prosanya akan membuat kita lebih mudah untuk mengaitkan antara satu ayat dengan ayat lainnya, lewat syiyak atau jalan cerita atau tema khusus.

Ketiga: Temukan kesesuaian antar ayat dan lewat rima memudahkan kita menghafal dengan mendengar bunyinya. Ini juga keistimewaan Al-Qur’an, kenapa Al-Qur’an dengan didengar berulang-ulang saja membuat kita hafal.

Keempat: Memenej waktu dalam satu hari sebaik mungkin. Minimal ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama muroja’ah yang kedua bikin hafalan baru.

Sebenarnya dari beberapa metode diatas yang terpenting adalah tiga hal sebagai berikut:
Pertama: Niat disertai berdo’a.
Kedua: Konsentrasi (ketika menghafal dan muroja’ah).
Ketiga: Istiqomah / disiplin.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Tahap Menjaga Hafalan"

Posting Komentar