Sinau ro gegojegan..

Pertama: Tahap pra hafalan (ta’aruf).

Kedua: Tahap hafalan (tahfidz).

Ketiga: Tahap menjaga hafalan (muroja’ah).

     TAHAP PRA HAFALAN.

Hal pertama dalam tahap pra hafalan ini ada baiknya jika mengenal shifat-shifatnya dulu dengan Al-Qur’an yang akan kita hafal ini, yaitu antara lain mudah dihafal. Alloh Swt, sendiri berfirman dan diulang-ulang dalam suroh Al-Qomar:

" وَلَقَدْيَسَّرْنَاالْقُرْآنَ لِلذِّكْرِفَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ"

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

 

Selain dikuatkan dengan firman Alloh Swt, secara logat dan bahasa, Al-Qur’an sangat mudah dihafalkan. Terlebih-lebih tidak tahu artinya juga bisa hafal dan juga mudah pula dilupakan. “Menghafal Al-Qur’an itu seperti mengikat unta, apabila longgar sedikit saja ikatannya maka akan sangat mudah lepas”.

Al-Qur’an adalah kitab suci kita, barangsiapa dapat menghafalkannya maka akan mendapat banyak fadlilah. Dengan menghafalkannya, terlebih bila memahami ma’nanya membuat hati kita terbuka, menemukan kebenaran agama, menemukan mu’jizat-mu’jizat didalam Al-Qur’an dan lain sebagainya. Intinya, insya Alloh menambah iman dan taqwa kita.

Pertama: Temukan motivasi yang tepat atau niatnya, karena penentuan motivasi ini sangat menentukan tingkat kualitas hafalan dan kesungguhan kita dalam menghafal.

Kedua: Berikan waktu khusus dalam keseharian kita.

Ketiga: Persiapkan diri dari banyaknya godaan yang melalaikan dan ketidak-disiplinan. Karena sebenarnya kunci menghafal Al-Qur’an adalah Istiqomah. Qoliilun-qorro-khoirun-min-katsiirun-farro (Lebih baik sedikit tapi kuat, daripada banyak hafalan tapi lemah). Maksudnya menghafal Al-Qur’an itu haruslah tadarruj (bertahap).

     Alloh swt berfirman:

" وَلاَتَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُقْضَى اِلَيْكَ وَحْيُهُ،وَقُلْ رَبِّ زِدْنِى عِلْمًا "

Artinya: Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, Ya Tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ‘ilmu pengetahuan.

    

Banyak sedikitnya menghafal sangat tergantung pada kemampuan penghafal, tidak perlu menuruti hawa nafsu sebab cerdas bukan jadi jaminan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an.